Sudah menjadi hal wajar apabila manusia tidak memiliki rasa puas dan
selalu ingin yang lebih banyak dari apa yang saat ini telah dicapai.
Keinginan tersebut memang wajar karena ada yang bilang bahwa manusia itu
hidup penuh dengan keinginan, dan keinginan tersebut kadang dapat
menjadi semangat tersendiri untuk menggapai segala mimpi yang masih
belum dapat diraih.
Yang menjadi masalah, kadang karena ambisi yang terlalu besar manusia seringkali melakukan apa saja untuk mencapai keinginannya tersebut. Mungkin kalau dia melihat dari sudut pandangnya sendiri, apa yang dilakukan sudah benar dan tidak keliru. Karena perlu pencapaian yang tidak mudah untuk mewujudkan keinginan tersebut, dan juga mengeluarkan pengorbanan baik waktu, tenaga maupun keringat. Hal itu sewajarnya memang sudah benar dan pantas apabila kemudian dibayar dengan hasil yang lebih besar dari sebelumnya.
Hanya saja, orang yang sudah dipenuhi dengan ambisi untuk mendapatkan yang lebih banyak dari apa yang telah dia capai kadangkala luput tidak memperhatikan sekeliling. Dia hidup tidak sendirian, ada orang-orang di sekitarnya yang mungkin punya kepentingan sendiri dan tidak sejalan dengan keinginannya. Hal itu akan menjadi sangat tidak layak kalau kemudian secara langsung maupun tidak, telah mengusik hak orang lain apalagi untuk kepentingan pribadi dan atau golongannya.
Sebagai makhluk sosial, sebelum melangkah tentu kita harus memperhatikan sekeliling. Apakah langkah kita sudah benar menurut mereka? Jangan sampai kemudian kita merasa puas ditengah rasa kecewa banyak orang, merasakan kebahagiaan karena pencapaian yang diperoleh namun secara tidak langsung telah menari-nari diatas penderitaan orang lain. Mungkin mereka dapat memaklumi, namun kalau sampai menyakiti orang lain secara terus-menerus bukan tidak mungkin itu akan menimbulkan rasa kesal dan doa yang tidak baik dari mereka, dan doa orang yang teraniaya memang akan dikabulkan.
Hal buruk mungkin akan menimbulkan rasa jengkel, kesal dan marah sehingga kita sangat ingin untuk membalas keburukannya tersebut karena dia memang tidak memperhatikan hak dan kepentingan orang lain demi ambisi pribadinya.
Apabila saat ini kita sedang merasa tidak dihargai, di injak-injak hak kita demi kepentingan orang lain yang penuh ambisi. Maka tidak perlu membalasnya dengan keburukan, karena kalau kita melakukan yang sama maka apa bedanya kita dengan dirinya. Sama rendahnya. Akan lebih baik kalau kita belajar ikhlas, menerima apa adanya dan selalu memberikan maaf. Dia yang sedang khilaf akan menemukan jalan hidupnya sendiri, kalau bukan kita yang membalas pasti akan ada hukum alam yang bicara, tinggal menunggu waktu.
Yang menjadi masalah, kadang karena ambisi yang terlalu besar manusia seringkali melakukan apa saja untuk mencapai keinginannya tersebut. Mungkin kalau dia melihat dari sudut pandangnya sendiri, apa yang dilakukan sudah benar dan tidak keliru. Karena perlu pencapaian yang tidak mudah untuk mewujudkan keinginan tersebut, dan juga mengeluarkan pengorbanan baik waktu, tenaga maupun keringat. Hal itu sewajarnya memang sudah benar dan pantas apabila kemudian dibayar dengan hasil yang lebih besar dari sebelumnya.
Hanya saja, orang yang sudah dipenuhi dengan ambisi untuk mendapatkan yang lebih banyak dari apa yang telah dia capai kadangkala luput tidak memperhatikan sekeliling. Dia hidup tidak sendirian, ada orang-orang di sekitarnya yang mungkin punya kepentingan sendiri dan tidak sejalan dengan keinginannya. Hal itu akan menjadi sangat tidak layak kalau kemudian secara langsung maupun tidak, telah mengusik hak orang lain apalagi untuk kepentingan pribadi dan atau golongannya.
Sebagai makhluk sosial, sebelum melangkah tentu kita harus memperhatikan sekeliling. Apakah langkah kita sudah benar menurut mereka? Jangan sampai kemudian kita merasa puas ditengah rasa kecewa banyak orang, merasakan kebahagiaan karena pencapaian yang diperoleh namun secara tidak langsung telah menari-nari diatas penderitaan orang lain. Mungkin mereka dapat memaklumi, namun kalau sampai menyakiti orang lain secara terus-menerus bukan tidak mungkin itu akan menimbulkan rasa kesal dan doa yang tidak baik dari mereka, dan doa orang yang teraniaya memang akan dikabulkan.
Hal buruk mungkin akan menimbulkan rasa jengkel, kesal dan marah sehingga kita sangat ingin untuk membalas keburukannya tersebut karena dia memang tidak memperhatikan hak dan kepentingan orang lain demi ambisi pribadinya.
Apabila saat ini kita sedang merasa tidak dihargai, di injak-injak hak kita demi kepentingan orang lain yang penuh ambisi. Maka tidak perlu membalasnya dengan keburukan, karena kalau kita melakukan yang sama maka apa bedanya kita dengan dirinya. Sama rendahnya. Akan lebih baik kalau kita belajar ikhlas, menerima apa adanya dan selalu memberikan maaf. Dia yang sedang khilaf akan menemukan jalan hidupnya sendiri, kalau bukan kita yang membalas pasti akan ada hukum alam yang bicara, tinggal menunggu waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar